Jumat, 26 September 2025

Kronologi Mencekam Sekuriti-Pekerja Toba Pulp Lestari Serbu Warga Adat Sihaporas

Administrator - Selasa, 23 September 2025 14:05 WIB
Kronologi Mencekam Sekuriti-Pekerja Toba Pulp Lestari Serbu Warga Adat Sihaporas
foto ist
Sekuriti dan pegawai PT TPL datang dengan persenjataan lengkap yang dilengkapi parang bengkok, alat setrum, batang kayu, helm dengan penutup wajah, dan tameng rotan.

POSMETRO MEDAN, Simalungun -Senin pagi, 22 September 2025, seharusnya menjadi hari biasa bagi Masyarakat Adat Sihaporas untuk menggarap tanah leluhur mereka. Namun, pagi itu berubah menjadi mimpi buruk ketika ratusan orang berseragam menyerbu tanah mereka, meninggalkan jejak darah, air mata, dan puing-puing yang terbakar.

Dari informasi yang dihimpun, berikut adalah kronologi detik-detik mencekam penyerangan yang dialami komunitas adat yang telah mendiami wilayah Buttu Pangaturan, Simalungun, selama 11 generasi seperti dikutip dari suara.com

Baca Juga:

Semua berawal saat sekitar 150 orang yang terdiri dari sekuriti PT. Toba Pulp Lestari (TPL), Buruh Harian Lepas (BHL), dan oknum yang diduga preman bayaran, mulai berkumpul di sekitar wilayah adat. Mereka datang bukan dengan tangan kosong.

Massa ini telah mempersenjatai diri dengan potongan kayu panjang, tameng, dan mengenakan helm, layaknya pasukan yang siap berperang.Melihat kedatangan massa, sekitar 30 orang dari Masyarakat Adat Sihaporas berkumpul di rumah bersama. Dengan niat baik, mereka mencoba menghadang dan membuka ruang dialog. Mereka hanya ingin bernegosiasi secara damai.

Baca Juga:

Niat damai warga adat tak diindahkan. Upaya negosiasi menemui jalan buntu. Suasana memanas ketika seorang sekuriti TPL meneriakkan sebuah komando singkat yang menjadi pemicu pertumpahan darah: "dorong saja".

Seketika, massa mulai mendorong warga. Masyarakat adat yang kalah jumlah mencoba menahan, namun perlawanan mereka langsung dibalas dengan pukulan brutal menggunakan tongkat kayu dan lemparan batu. Dalam sekejap, lima orang warga terkapar dengan luka-luka.

Kekacauan tidak berhenti di situ. Jumlah massa penyerang bertambah drastis hingga mencapai ratusan orang. Kali ini, mereka datang dengan persenjataan yang lebih lengkap dan mengerikan: parang bengkok, alat setrum, batang kayu, helm dengan penutup wajah, dan tameng rotan. Diangkut menggunakan sekitar 10 mobil, mereka menyerbu Posko Buntu Pangaturan, tempat warga adat berkumpul.

Serangan membabi buta pun terjadi. Warga yang berjaga, terutama para perempuan dan ibu-ibu, menjadi sasaran empuk amukan massa. Video yang beredar menunjukkan dengan jelas bagaimana para pekerja TPL tanpa ampun memukuli warga.Seorang ibu, DL (34), menjadi salah satu korban keganasan. Wajahnya bersimbah darah di bagian bibir. Korban lainnya dari kaum laki-laki juga berjatuhan, termasuk seorang ayah, SA (63), serta PS (55) dan ES (44).

Tidak hanya manusia, para penyerang juga merusak posko, rumah bersama, dan enam unit sepeda motor milik warga.

Hingga sore hari, para pekerja TPL dilaporkan masih berada di lokasi, menebar teror dan ketakutan. Meski terluka dan kehilangan harta benda, Masyarakat Adat Sihaporas menolak untuk pergi. Mereka memilih untuk tetap bertahan di Buttu Pangaturan, tanah leluhur yang telah mereka warisi sejak awal tahun 1800-an. (*/hsib)

Editor
: Salamudin Tandang
Tags
beritaTerkait
AKBP Marganda Aritonang,"TPL Jangan Rampas Kebahagiaan Rakyat, Hukum Harus Jadi Penjaga!”
Kapolres Simalungun AKBP Marganda Aritonang Janji Penyelidikan Terang dan Transparan
Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL
Kapolres Simalungun Serukan Perdamaian dan Ketenangan
Kapolsek Tanah Jawa Pimpin Program ” Minggu Kasih ” di Huta Bah Biding
Sat Lantas Polres Simalungun Gelar Patroli Malam di Jalur Pematang Siantar
komentar
beritaTerbaru