Minggu, 05 Oktober 2025

Kisah Tim Evakuasi Haical, Santri Terjebak Runtuhan Pesantren 48 Jam

Administrator - Kamis, 02 Oktober 2025 15:33 WIB
Kisah Tim Evakuasi Haical, Santri Terjebak Runtuhan Pesantren 48 Jam
Istimewa
Petugas bahkan harus membuka tunnel atau lubang di tanah untuk membuka akses evakuasi. Ia dievakuasi dengan tandu dan ditarik oleh petugas. Saat dievakuasi pada Rabu (1/10) sore, Haikal terlihat dalam kondisi lemas.

POSMETRO MEDAN, Sidoarjo -- Syahlendra Haical R. A (13), salah satu santri korban ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur akhirnya berhasil dievakuasi setelah terjebak lebih dari 48 jam terjebak di reruntuhan, sejak Senin (29/9).

Proses evakuasi Haical dilakukan dengan sangat hati-hati. Petugas bahkan harus membuka tunnel atau lubang di tanah untuk membuka akses evakuasi. Ia dievakuasi dengan tandu dan ditarik oleh petugas. Saat dievakuasi pada Rabu (1/10) sore, Haikal terlihat dalam kondisi lemas.

Petugas sempat memanggil-manggil nama Haical. Ia tak memberikan respons suara, namun ia masih sadar, ia terlihat beberapa kali mengedipkan mata.

"Berkat doa dari seluruh masyarakat Indonesia hari ini sesuai yang saya sampaikan, ada 15 titik yang bisa kita deteksi, dan alhamdulillah dua korban telah terevakuasi," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.

Sebelum menyelamatkan Haical, tim rescue dari DPKP Kota Surabaya sempat lebih dulu melakukan komunikasi ke Haical dan satu korban lain bernama Yusuf melalui celah sempit. Terlihat tangan dan tubuh korban terjepit di antara reruntuhan.

Seorang petugas tim rescue bernama Aziz kemudian mengajak Haical dan Yusuf yang terjebak reruntuhan untuk berkomunikasi. Aziz memberinya semangat agar mereka sabar menunggu proses penyelamatan.

"Yusuf, umurmu berapa? Apa yang luka," kata tim Rescue bernama Aziz itu.

Yusuf dari celah reruntuhan kemudian menjawab bahwa umurnya 16 tahun. Ia mengaku tak ada bagian yang luka, hanya saja tubuhnya terjepit.

Aziz kemudian juga bertanya ke Haical. Haical mengaku bahwa ada beberapa bagian tubuhnya yang sakit.

"Iya, semuanya sakit," kata Haical.

Aziz kemudian memberi semangat pada keduanya agar tetap bersabar. Ia meyakinkan bahwa petugas kini sedang berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan mereka.

"Sabar ya nak ya, ini usaha," ucapnya.

Aziz menyebut, evakuasi Haical membutuhkan waktu yang panjang. Petugas kesulitan karena terhalang reruntuhan bangunan.

"Butuh beberapa waktu, karena saya saja untuk berjalan merayap sangat kesulitan," kata dia.

Aziz juga menuturkan bahwa posisi Yusuf berada di arah angka jam 1 dua meter dari posisinya. Sementara Haical di arah angka jam 12 empat meter dari posisinya.

"Haical ini di arah jam 1, dua meter dari jarak saya, Yusuf arah jam 12, kurang lebih 4 meter dari saya, untuk cidera tidak ada. Hanya kejepit saja," ujar Aziz.

Yusuf akhirnya berhasil dievakuasi pada Selasa (30/9) pukul 01.58 WIB dini hari. Sedangkan Haical berhasil diselamatkan pukul 15.10 WIB, Rabu sore.

Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo dr Atok Irawan mengatakan, Haical dalam kondisi sehat. Hasil rontgent menunjukkan anak 13 tahun itu mengalami luka berarti.

"Hanya lecet dan observasi aja masih lemah. Mulai torak, panggul, kaki, jari juga semuanya normal, enggak ada masalah," kata Atok.

Haical saat ini sedang diobservasi tim dokter di IGD RS, karena kondisinya lemas dan dehidrasi.

"Mungkin kulitnya agak tergencet ya, agak kebiru-biruan tapi aman, Insya Allah aman semua," ungkapnya.

Sebelumnya, gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore. Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Dengan temuan itu, hingga Rabu (1/10) sore, terdapat 104 orang korban telah dievakuasi. Dari jumlah itu, lima orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Diperkirakan masih ada 91 orang yang terjebak di reruntuhan.

Saat kejadian, ada puluhan hingga ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Direktur Operasi pencarian dan Pertolongan Basarnas RI Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo selaku SAR Mission Coordinator (SMC) mengatakan pada operasi pencarian hari ke-3 ini, tim rescue berhasil mengevakuasi 7 korban dari reruntuhan.

Dari jumlah itu, lima korban ditemukan dalam kondisi selamat dan mengalami luka-luka. Sedangkan dua lainnya meninggal dunia.

"Pada hari ini kita telah berhasil mengevakuasi tujuh korban dengan rincian lima selamat dan dua dalam kondisi meninggal dunia," kata Bramantyo di Posko SAR Gabungan, Rabu (1/10) malam.

Dua korban dievakuasi lebih dulu dari sektor A1 atau bagian depan reruntuhan di sisi kiri. Keduanya yakni Mr X yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada pukul 14.42 WIB, ia ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dengan bersujud.

Berikutnya adalah korban HK yang dievakuasi dalam kondisi selamat pukul 15.52 WIB.

Tim SAR Gabungan kemudian kembali menemukan korban selamat secara atas nama WH pukul 16.05 WIB, korban selamat atas nama PTRA pada 18.02 WIB, dan FTH pukul 18.40 WIB dan RSI pada pukul 20.22.

Para korban selamat itu kemudian dirujuk ke RSUD RT Notopuro Sidoarjo untuk mendapatkan pertolongan. Terutama SF yang mengalami cedera fraktur atau patah tulang.

Lalu, petugas juga mengevakuasi satu korban tewas yang belum diketahui identitasnya pada pukul 18.17 WIB. Diperkirakan masih ada puluhan orang yang terjebak di reruntuhan.

Kejar golden time

Basarnas mengejar golden time atau rentang waktu kritis dalam proses evakuasi santri yang jadi korban.

"Jadi kita mengharapkan operasi bisa segera kita selesaikan. Saat ini kita mengejar golden time, karena dimungkinkan dari golden time inilah yang kita detect masih ada kehidupan ini masih memungkinkan untuk bisa kita selamatkan dalam kondisi hidup," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii.

Syafii menyebut sesuai teori golden time rentang waktunya hingga 72 jam pascakejadian.

"Sesuai teori memang 72 jam, namun saat kita sudah bisa menyentuh korban, kita sudah bisa suplai minuman vitamin, bahkan infus, memungkinkan yang bersangkutan bisa bertahan lebih lama," kata dia.

Alat berat tak bisa digunakan

Basarnas tidak bisa menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban yang tertimpa bangunan.

Kepala Sub Direktorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emi Freezer, mengatakan ada dampak lanjutan apabila alat berat digunakan.

"Kemudian pada saat kita posisi untuk mengangkat beban pada akses A1 untuk membuat celah agar bisa bekerja lebih maksimal, namun ternyata memberikan dampak pada sisi reruntuhan yang ada bersambungan dengan gedung yang ada di depan," kata Emi dalam konferensi pers

Emi menjelaskan reruntuhan gedung itu dibagi menjadi tiga sektor atau zona. Sektor pertama ialah A1 yang berada di bagian depan, sektor kedua atau A2 berada di bagian belakang, sedangkan sektor A3 terletak di bagian atas reruntuhan.

Berdasarkan kesulitan yang dihadapi di lapangan, ia menjelaskan target utama yang dikerjakan SAR gabungan adalah menyisir titik-titik yang tidak bisa diakses langsung. Setidaknya terdapat 6 titik yang belum bisa dijangkau tim penyelamat.

(wan/cnn)

Editor
: Indrawan
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru