Sepulangnya dari Jakarta, dengan segudang apresiasi serta pesan dukungan dari berbagai kalangan diperolehnya yang nampak di akun IG dan Facebook miliknya.
Medan adalah salah satu kota pusaka sastra yang banyak menghasilkan tokoh-tokoh sastra di tingkat nasional. Kemenangan Dini telah menginspirasi banyak orang khususnya para pekerja seni dan perempuan.
Baca Juga:
Sebagai perempuan yang mengabdi di PTPN IV Regional 1 ia juga menyelami dunia seni sastra dengan melahirkan banyak puisi, cerpen dan tulisannya juga merembet pada essai dengan beragam topik bernuansa politik, budaya, komunikasi, perempuan dan ia juga penulis buku biografi dan menjadi editor.
Ia menunjukkan bahwa bekerja rutin di kantor tak harus mematikan hasrat berkarya. Dan ia acap diundang menjadi narasumber dengan beragam tema oleh kelompok mahasiswa, organisasi, perusahaan ataupun instansi pemerintah.
Baca Juga:
Di Taman Budaya Medan, ia sering ikut terlibat dalam diskusi atau menonton aneka pertunjukan seni. Ia menjadikan itu sebagai hiburan dan ajang silaturahmi.
Menang lomba baca puisi bukanlah akhir baginya. Itu hanya salah satu panggilan untuk menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan dan refleksi hidup yang sangat kompleks.
Semoga tampilnya Dini di panggung nasional bisa memacu gairah seni dan khususnya sastra di Sumatera Utara dan tempat lain di tanah air dan mampu mencetak generasi penerus yang tidak takut berbicara lewat kata, serta membangun citra bahwa di era ini seni dan kerja profesional bisa berjalan beriringan.
Kemenangan ini juga menjadi teguran lembut kepada kita semua, bahwa suara hati, kalau dihayati dan dilatih, layak ditegakkan di pentas dunia.
Di benak para pendengarnya, nama Dini Usman kini melekat sebagai "Srikandi Batin Medan" perempuan pekerja, perempuan penyair, yang menolak diam dan terus memilih berbicara lewat puisi.(Erni)
Tags
beritaTerkait
komentar