POSMETRO MEDAN,Medan- Suara Dini Usman bergema di panggung Balai Pustaka, menyentuh relung nurani para pendengar. Dalam keheningan itu, kemudian datang kabar, ia menjadi pemenang utama dalam lomba baca puisi nasional antar BUMN/Danantara yang digelar oleh PT Balai Pustaka.
Di panggung teater Taman Budaya Sumut, namanya memang tak asing. Ia menganyam hari sebagai karyawan PTPN III yang kini berubah menjadi PTPN IV Regional I PalmCo selama hampir 20 tahun dan sekaligus penulis, pelakon dan penyair. Dini Usman masih tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor Ilmu Komunikasi FISIP USU.
Kini, panggung nasional menjadi saksi bahwa suara hatinya lewat puisi berjudul, "Percakapan di Sebuah Jembatan", karya Dewi Lestari layak didengar siapa saja lewat caranya menyampaikan pesan dalam teks puisi.
Baca Juga:
Lomba baca puisi nasional yang diselenggarakan oleh Balai Pustaka bekerja sama dengan BUMN lain pada tahun 2025 ini mengundang insan pecinta seni dari seluruh Indonesia khususnya dari lingkungan pegawai BUMN.
Dini tampil membacakan puisi yang dipilihnya itu dengan penghayatan yang sangat mendalam dengan ketukan irama yang tepat yang membuat dewan juri, yang terdiri dari budayawan, penyair senior dan akademisi sastra memilihnya sebagai juara pertama.
Baca Juga:
Dini Usman bukanlah seorang pembaca puisi yang baru hadir. Ia telah lama menjadi figur di lingkungan seniman Medan.
Almarhum suaminya, A. Yusran Datuk Majoindo juga seorang seniman dan wartawan senior yang dulu membawa getar dalam setiap pertemuan dengan Dini.
Pertemuan keduanya saling meneguhkan jalan sunyi terhadap minat dan bakat keduanya yang kemudian dikuatkan sebagai pasangan seniman yang unik dan langka.
Penyelenggara Balai Pustaka dan juri sastra nasional mereka yang memberi pengakuan atas kualitas penampilannya.
Lomba diselenggarakan pada Agustus hingga September 2025, dengan tahap seleksi yang dikirimkan melalui video dan kemudian dipilih 10 finalis terbaik untuk diviralkan di media sosial dan akhirnya pada tanggal 23 September diumumkan di kantor Kementerian BUMN Lt.21 di Jakarta.
Sepulangnya dari Jakarta, dengan segudang apresiasi serta pesan dukungan dari berbagai kalangan diperolehnya yang nampak di akun IG dan Facebook miliknya.
Medan adalah salah satu kota pusaka sastra yang banyak menghasilkan tokoh-tokoh sastra di tingkat nasional. Kemenangan Dini telah menginspirasi banyak orang khususnya para pekerja seni dan perempuan.
Sebagai perempuan yang mengabdi di PTPN IV Regional 1 ia juga menyelami dunia seni sastra dengan melahirkan banyak puisi, cerpen dan tulisannya juga merembet pada essai dengan beragam topik bernuansa politik, budaya, komunikasi, perempuan dan ia juga penulis buku biografi dan menjadi editor.
Ia menunjukkan bahwa bekerja rutin di kantor tak harus mematikan hasrat berkarya. Dan ia acap diundang menjadi narasumber dengan beragam tema oleh kelompok mahasiswa, organisasi, perusahaan ataupun instansi pemerintah.
Di Taman Budaya Medan, ia sering ikut terlibat dalam diskusi atau menonton aneka pertunjukan seni. Ia menjadikan itu sebagai hiburan dan ajang silaturahmi.
Menang lomba baca puisi bukanlah akhir baginya. Itu hanya salah satu panggilan untuk menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan dan refleksi hidup yang sangat kompleks.
Semoga tampilnya Dini di panggung nasional bisa memacu gairah seni dan khususnya sastra di Sumatera Utara dan tempat lain di tanah air dan mampu mencetak generasi penerus yang tidak takut berbicara lewat kata, serta membangun citra bahwa di era ini seni dan kerja profesional bisa berjalan beriringan.
Kemenangan ini juga menjadi teguran lembut kepada kita semua, bahwa suara hati, kalau dihayati dan dilatih, layak ditegakkan di pentas dunia.
Di benak para pendengarnya, nama Dini Usman kini melekat sebagai "Srikandi Batin Medan" perempuan pekerja, perempuan penyair, yang menolak diam dan terus memilih berbicara lewat puisi.(Erni)
Tags
beritaTerkait
komentar