Sabtu, 06 September 2025

Rayyan Arkan Dikha, Penari Pacu Jalur Asal Kuansing yang Mendunia, Kini Jadi Duta Pariwisata

Administrator - Rabu, 09 Juli 2025 14:23 WIB
Rayyan Arkan Dikha, Penari Pacu Jalur Asal Kuansing yang Mendunia, Kini Jadi Duta Pariwisata
Istimewa
Rayyan Arkan Dhika, penari pacu jalur yang dinobatkan sebagai Duta Pariwisata Riau oleh Gubernur Riau Abdul Wahid. Tarian Rayyan mendunia hingga ditiru para pesepak bola internasional.

POSMETRO MEDAN,Pekanbaru -- Rayyan Arkan Dikha, bocah berusa 11 tahun asal Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mendunia. Gaya tari pacu jalur yang ia peragakan saat perlombaan pacu jalur di daerah asalnya ditiru oleh banyak orang.

Bahkan, bintang Paris Saint-Germain (PSG) Achraf Hakimi juga meniru gerakan tari pacu jalur yang biasa dilakukan Rayyan Arkan Dikha.

Saat mencetak gol, Achraf Hakimi melakukan selebrasi khas tari pacu jalur yang dilakukan Rayyan Arkan Dikha. Ia menggoyangkan tubuh dan tangannya, hingga mengundang perhatian para pesepak bola dunia lainnya.

Karena itu pula, tari pacu jalur yang diperagakan Achraf sebagai Aura Farming kemudian menyebar ke klub bola Italia. Bahkan, sejumlah konten kreator juga ada yang menirukan tari pacu jalur ini.

Karena mendunia dan mengangkat budaya tradisional asal Riau, Gubernur Riau Abdul Wahid pun turut memberikan responannya.

Abdul Wahid lantas menetapkan Rayyan Arkan Dikha itu sebagai Duta Pariwisata Riau.

Keputusan tersebut diambil karena Rayyan Arkan Dikha dianggap mampu mengangkat citra budaya Riau di mata dunia.

Profil Rayyan Arkan Dikha

Rayyan Arkan Dikha atau Dikha (Anak Coki) adalah penari pacu jalur dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo. Ia lahir pada 28 Desember 2014, asal Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.

Selama ini, Rayyan kerap tampil di acara lomba pacu jalur.

Ia kerap terlihat berdiri di atas haluan jalur (perahu) menggunakan pakaian lengkap khas Melayu Kuansing di Sungai Batang Kuantan, Kabupaten Kuansing, Provinsi Riau. Rayyan Mulai Arkan Dikha menekuni tari pacu jalur sejak usia 8 tahun.

Dikha kerap menari di atas haluan pada setiap perlombaan. Gerakannya yang begitu lentur membuat siapa saja terpesona.

Rayyan merasa sangat bangga karena tradisi yang ia cintai kini dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Menjadi Togak Luan (orang yang berdiri di ujung perahu untuk menari mengikuti irama dayung) adalah keinginan Rayyan sejak kecil. Ia terbiasa berenang dan naik sampan di Sungai Kuantan, dua syarat utama menjadi penari di ujung jalur.

Keseimbangan dan kemampuan berenang adalah bekal penting. "Ayah sering ngajak ke Pacu Jalur, jadi saya tertarik," ungkapnya.

Ayah Rayyan adalah mantan peserta Pacu Jalur dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, sementara sang kakak pernah menjadi Togak Luan.

Rayyan sendiri sudah dua tahun bergabung sebagai Togak Luan di tim ayahnya. Kini, ia duduk di kelas 5 SD, dan memiliki cita-cita menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ia tampil mencolok di antara barisan pegawai dan pejabat Pemerintah Provinsi Riau di halaman Kantor Gubernur Riau pada Selasa (8/7/2025).

Dengan penuh percaya diri, bocah asal Kuantan Singingi ini mengenakan tanjak Melayu yang menjulang gagah di kepalanya, simbol kehormatan dan kebanggaan budaya Riau.

Namun yang paling mencuri perhatian adalah kacamata hitam besar yang ia pakai: lensa bergradasi warna pelangi, dengan bingkai putih mencolok, membuat penampilannya tampak nyentrik sekaligus penuh gaya.

Di lehernya, kain merah cerah melingkar rapi, terikat dengan simpul sederhana namun kuat, menambah kesan dramatis dan teatrikal layaknya seorang seniman yang siap tampil di panggung budaya.

Ia mengenakan baju serba hitam dengan potongan ramping, dihiasi motif garis kuning dan putih yang menjalar dari sisi kiri, seolah membelah busana itu menjadi dua dimensi yang hidup, sisi tradisi dan sisi kekinian.

Penampilannya yang unik dan berani itu tidak hanya memancing senyum para ASN dan pejabat, tapi juga menjadi simbol semangat baru dalam promosi budaya, bahwa anak muda, dengan gayanya sendiri, tetap bisa menjunjung tinggi warisan tradisi.

"Senang sekali. Gak nyangka bisa ketemu langsung sama Pak Gubernur, apalagi sampai dikasih penghargaan," ujar Dikha, sapaan akrabnya, dengan mata berbinar, Selasa (8/7/2025).

Nama Dikha mulai dikenal publik setelah videonya menari lincah di atas perahu panjang tradisional Pacu Jalur viral di media sosial.

Aksinya yang energik, penuh penghayatan, dan sarat makna budaya, membuat banyak orang terpesona.

Gerakannya yang menirukan aura dan semangat para pendayung itulah yang melahirkan tren "Aura Farming" sebuah bentuk ekspresi kreatif anak-anak muda Kuansing.

Tak butuh waktu lama, dunia digital menjadikan Dikha sebagai simbol budaya hidup.

Dari gelombang viral itulah, undangan pun datang. Ia diboyong ke Kantor Gubernur Riau, bukan sekadar tamu kehormatan, tapi pahlawan budaya di usia belia.

"Saya sudah jadi Anak Coki sejak umur 9 tahun. Belajar sendiri, gak ada yang ngajarin. Susahnya itu jaga keseimbangan sambil nari. Perahu kan goyang terus," ujar Dikha, sambil tersenyum malu-malu.

Anak Coki adalah penari di bagian depan perahu Pacu Jalur.

Tugasnya bukan hanya menari, tapi menjadi ikon semangat, menggoyangkan tubuh sambil berdiri di atas perahu yang melaju cepat, pekerjaan berat untuk anak seusianya.

(wan/bbs)

Editor
: Indrawan
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru