Sabtu, 06 September 2025

Alarm Gizi dari Pakpak Barat: “Early Intervene”, Operasi Senyap Melawan Stunting dan Anemia Ibu Hamil

Administrator - Jumat, 15 Agustus 2025 02:29 WIB
Alarm Gizi dari Pakpak Barat: “Early Intervene”, Operasi Senyap Melawan Stunting dan Anemia Ibu Hamil
Ist/Erni
Aula sederhana Puskesmas Salak dipenuhi ibu-ibu hamil.

POSMETRO MEDANB, Pakpak Barat– Di balik hamparan hijau perbukitan Salak, sebuah masalah kesehatan serius tengah mengintai masa depan generasi.

Angka anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Salak mencapai 55,7%, sementara stunting pada balita menembus 25%. Bukan sekadar statistik, data ini menjadi alarm keras bagi masa depan anak-anak Pakpak Barat.

Pada 21 Juli 2025, aula sederhana Puskesmas Salak dipenuhi ibu-ibu hamil yang duduk dengan penuh harap. Mereka hadir untuk mengikuti peluncuran program *"Early Intervene"*, sebuah operasi senyap melawan stunting yang digagas tim pengabdian masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) bersama tenaga kesehatan setempat.

Baca Juga:

Program ini dipimpin dr. Devi Nuraini Santi, MKes, dengan dukungan dua profesor lintas bidang, Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang dan Prof. Drs. Mauly Purba.

Masalah di Hulu

Baca Juga:

Data Dinas Kesehatan menyebut, anemia pada ibu hamil di wilayah ini tergolong "darurat". Kekurangan zat besi membuat tubuh lemah, meningkatkan risiko persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Kondisi ini menjadi mata rantai yang berujung pada balita stunting: pertumbuhan terhambat, perkembangan otak terganggu, dan masa depan terancam.

"Kalau kita mau turunkan stunting, harus dimulai dari ibu hamil. Kalau di hulunya sudah bermasalah, hilirnya akan makin parah," tegas dr. Devi.

Tiga Senjata Utama

Program *Early Intervene* menggabungkan tiga strategi:

1. Edukasi Gizi– Melalui media LCD dan booklet, para ibu diberi panduan jenis, jumlah, dan frekuensi makan, termasuk makanan yang harus dihindari demi kesehatan janin.

2. Monitoring Antenatal Care (ANC) – Setiap trimester, catatan kesehatan diperiksa ketat. Dari 21 peserta, hanya 28,5% yang rutin menjalani ANC lengkap di trimester III.

3. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) – Idealnya, 90 tablet zat besi dikonsumsi selama kehamilan. Namun, pada trimester III, hanya 28,5% ibu hamil yang patuh.

Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin menunjukkan 26,3% ibu hamil mengalami anemia. Dua orang bahkan menolak diambil darah. Rendahnya kepatuhan dalam ANC dan konsumsi TTD mengindikasikan adanya hambatan sosial, budaya, dan ekonomi.

"Sering alasannya klasik: tidak sempat ke puskesmas, malas minum obat, atau takut jarum suntik," ungkap seorang bidan.

Dukungan Lintas Sektor

Selain tenaga kesehatan, program ini melibatkan ibu-ibu PKK, kader posyandu, anggota DPRD, dan bahkan Wakil Bupati yang hadir memberi dukungan moral. Namun, di lapangan, petugas mengaku tetap kesulitan membujuk ibu hamil agar disiplin mengikuti program.

WHO mengingatkan, stunting bukan sekadar soal tinggi badan, melainkan perampok masa depan. Anak yang stunting berisiko memiliki IQ rendah, rentan sakit, dan sulit bersaing di dunia kerja.

"Jika tren di Pakpak Barat tidak segera ditekan, bonus demografi 2030 bisa berubah menjadi bencana demografi," ujar Prof. Evawany.

Rencana Lanjutan

Tim USU merencanakan langkah lanjutan, meliputi:

Pelatihan petugas puskesmas untuk deteksi dini anemia.

Pemantauan distribusi dan konsumsi TTD.

Evaluasi berkala angka kunjungan ANC dan kadar hemoglobin ibu hamil.

"Perang melawan stunting ini tidak bisa selesai dalam setahun-dua tahun. Harus konsisten, lintas sektor, dan dimulai dari hulu," tambah Prof. Evawany.

Bagi Marta (28), peserta program, edukasi ini membuka wawasan baru. "Dulu saya pikir cukup makan nasi sama sayur. Sekarang saya tahu penting makan lauk berprotein tinggi seperti ikan setiap hari," ujarnya sambil memegang booklet edukasi.

Di akhir kegiatan, tawa anak-anak balita yang dibawa ibu mereka mengisi Aula Puskesmas Salak. Mungkin, di tangan merekalah masa depan Pakpak Barat berada. Namun, masa depan itu kini tengah dipertaruhkan.

Early Intervene hadir menjadi salah satu benteng terakhir agar generasi berikutnya tidak tumbuh dalam bayang-bayang stunting.(Erni)

Editor
: Faliruddin Lubis
Tags
beritaTerkait
Program Makan Bergizi Dimulai di Medan Selayang
Laga Sunyi Melawan Stunting: Jejak Perjuangan dari Medan hingga Hanoi
Polrestabes Medan dan Pemkab Deli Serdang Sinergi Bangun Gizi Anak, Songsong Indonesia Emas 2045
Rico Waas Tinjau Langsung Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis di SMPN 20 Marelan
Fenomena Makanan Bergizi Gratis, Nikmat dan Ditunggu
Bupati Sergai Darma Wijaya: 12 SPPG Serap Hingga 600 Tenaga Kerja Lokal, Empat Sudah Beroperasi
komentar
beritaTerbaru