
245 Peserta ikuti MTQ ke 2 Tingkat Desa Marindal II Tahun 2025
POSMETRO MEDAN, PatumbakDiperkirakan sebanyak 245 Qori dan Qoriah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 2 Tingkat Desa Marindal II,
Sumut 15 detik laluPOSMETRO MEDAN,Awal abad ke-20, deru lokomotif pengangkut tebu memecah kesunyian pedesaan Jawa. Buruh-buruh berpeluh mendorong gerobak penuh batang tebu menuju pabrik, sementara asap putih mengepul dari cerobong raksasa.
Hindia Belanda kala itu berada di puncak kejayaan manisnya: salah satu eksportir gula terbesar dunia. Namun, sejarah mencatat, kejayaan itu tidak abadi.
Pada 1930, lebih dari 179 pabrik gula beroperasi di Jawa dengan produksi menembus 3 juta ton per tahun. Sebagian besar diekspor ke pasar internasional, menjadikan Nusantara pilar utama industri gula global.
Baca Juga:
Tetapi hanya dalam hitungan dekade, kejayaan itu runtuh—tersapu depresi ekonomi 1929, perang dunia, dan perubahan kebijakan pascakemerdekaan.
Aktor di Balik Sejarah Gula
Baca Juga:
1. Pemerintah Kolonial Belanda – melalui Agrarische Wet (1870) dan Suiker Wet, membuka jalan bagi investor swasta untuk menguasai lahan.
2. Planters asing – pengusaha perkebunan yang mengendalikan modal, teknologi, hingga jaringan ekspor.
3. Buruh tani Jawa – tulang punggung industri, bekerja dalam sistem padat karya dengan upah minim.
4. Pemerintah RI pasca-1957 – menasionalisasi seluruh pabrik, tetapi kehilangan tenaga ahli setelah planters asing hengkang.
Catatan kronologisnya jelas:
1870: UU Agraria dan UU Gula mengawali liberalisasi perkebunan.
1930: Produksi mencapai puncak, ekspor 1,5–2 juta ton/tahun.
1929–1935: Depresi global mengguncang pasar.
1957: Nasionalisasi pabrik gula, keahlian asing hilang.
1966: Indonesia berhenti menjadi eksportir.
1975: Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) gagal memulihkan kejayaan.
tebu.jpg">
Jatuhnya Industri Manis
Pulau Jawa menjadi episentrum industri gula karena lahan subur, irigasi luas, dan tenaga kerja melimpah. Rel kereta api bahkan dibangun khusus untuk mengangkut tebu.
Namun, depresi global menghantam pasar, perang menghancurkan infrastruktur, dan nasionalisasi tanpa transfer teknologi membuat industri ini kehilangan daya saing.
Kebijakan TRI pada 1975 justru memperburuk mutu tebu dan menekan produktivitas. Konsumsi nasional melonjak, sementara produksi tak pernah kembali ke era emas. Dari eksportir raksasa, Indonesia berubah menjadi importir sejak 1966.
Pada 2014, produksi nasional hanya 2,59 juta ton, sementara kebutuhan mencapai 5,7 juta ton. Defisit ini membuka ruang bagi kartel gula, mafia distribusi, hingga permainan politik komoditas.
Cermin Politik Agraria
Industri gula bukan sekadar catatan ekonomi, melainkan refleksi politik agraria Indonesia. Dari tangan kolonial hingga republik, pola penguasaan lahan tak banyak berubah: rakyat tetap buruh, sementara elite—baik planters asing dulu maupun penguasa lokal sekarang—menikmati keuntungan.
Yang berubah hanya wajah aktor. Tuan kebun asing berganti menjadi birokrat, politisi, dan pengusaha nasional. Polanya sama: komoditas dijadikan alat kendali kekuasaan.
Dari Gula ke Sawit: Pola yang Berulang?
Kejayaan gula hanyalah satu bab dari drama panjang perkebunan Indonesia. Setelah runtuhnya "manisnya Jawa", giliran komoditas lain mengambil panggung—tembakau Deli, karet, hingga sawit.
Pertanyaan yang menggantung: apakah sawit hari ini hanya mengulang pola kejayaan sesaat yang rawan runtuh, atau benar-benar mampu menjadi tulang punggung ekonomi bangsa? (Erni Tanjung)
POSMETRO MEDAN, PatumbakDiperkirakan sebanyak 245 Qori dan Qoriah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 2 Tingkat Desa Marindal II,
Sumut 15 detik laluPOSMETRO MEDAN, MedanSebanyak 28 orang kontingen Deli Serdang akan mengikuti Asean Olympiad Championship And Suistanable Tourism Workshop 2
Sumut 14 menit laluWali Kota Medan, Rico Waas, turun langsung menyapa warga di Jalan Seser, Lingkungan 13 dan 14, Kelurahan Sidorejo Hilir, Medan Tembung.
Medan 46 menit laluPOSMETRO MEDAN, Medan Pagi yang cerah Rico Waas melangkahkan kakinya, turun dari mobil dan berjalan menyapa warga yang berada di Jalan Sese
Medan 49 menit laluPOSMETRO MEDAN, Medan Wali Kota Medan, Rico Waas, turun langsung menyapa warga di Jalan Seser, Lingkungan 13 dan 14, Kelurahan Sidorejo Hil
Berita satu jam laluPOSMETRO MEDAN, Medan Suasana Taman Cadika Medan, Sabtu (27/9/2025), semakin meriah saat SMA Taman Siswa unjuk kebolehan dalam ajang Lomb
Medan satu jam laluPOSMETRO MEDAN, Medan Jenuh bersembunyi selama 10 hari, akhirnya Ganda Nainggolan (DPO)warga Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabup
Kriminal 2 jam laluWali Kota Medan, Rico Waas resmi membuka Lomba Kreasi dan Formasi (Kreafor) Pemuda Tahun 2025.
Medan 5 jam laluDugaan Bocornya Pajak di Medan Wajah Buram Pengelolaan PAD
Medan 5 jam laluPolisi menangkap satu pelaku pengeroyokan pria yang dituduh menyantet anak warga hingga sakit. Pelaku berinisial AWS (25).
Kriminal 5 jam lalu