Jumat, 26 September 2025

Medan Menggeliat, Teater Menyusun Strategi Bertahan

Administrator - Rabu, 24 September 2025 08:45 WIB
Medan Menggeliat, Teater Menyusun Strategi Bertahan
Ist
Seniman Medan kumpul di Kafe Teater Rumah Mata bicara panggung teater yang sepi

POSMETRO MEDAN, Medan - Di sore yang teduh di Jalan Sei Seguti Medan, kursi-kursi kayu di kafe Teater Rumah Mata (TRM) mulai terisi penuh oleh Para seniman, aktor, sutradara, mahasiswa, hingga wajah-wajah lama dari Taman Budaya Sumatera Utara kembali berkumpul.

Diskusi bulanan yang telah menjadi ritual TRM kembali digelar, kali ini mengusung tema "Antara Aktor dan Penonton."

Pertanyaan yang mengambang sejak awal perbincangan sederhana, namun menggigit, mengapa teater di Medan kerap tak mampu bertahan lama.

S Metron Masdison, seniman asal Sumatera Barat yang hadir sebagai narasumber, tak segan menyodorkan kritik. Menurutnya, panggung teater di Sumut sering hanya bergerak pada ruang apresiasi sesaat festival atau lomba dua tahunan tanpa kesinambungan.

"Begitu para seniman pulang dari luar daerah, usai tampil, semua seolah berhenti.

Bahkan ketika dana miliaran rupiah turun, hasilnya tetap tidak berkelanjutan," ujarnya, disambut anggukan para hadirin.

Diskusi yang berlangsung pada Sabtu, (20/9/2025) Pukul 16.30-22 WIB itu memeriksa luka lama. Ketiadaan strategi kultural yang mampu menumbuhkan ekosistem teater S Metron Masdison menegaskan, tanpa dukungan nyata dari kebijakan kebudayaan maupun visi DPRD, festival yang mestinya menjadi urat nadi pertunjukan hanya berhenti pada pembelian alat, bukan penciptaan ruang hidup seni.

"Kalau ingin teater bertahan, bangunlah festival berkesinambungan.

Seribu panggung setahun, biarkan industri pertunjukan benar-benar bergerak," tandasnya.

Sementara itu, salah satu pembicara mengangkat dimensi filosofis. Baginya, seorang aktor adalah utusan semesta yang membawa pesan kebaikan.

"Pertanyaannya, apakah pesan luhur itu masih bisa dibungkus dengan cara yang membuat penonton bukan hanya terhibur, tapi juga tercerahkan?" katanya.

Ia mengingatkan, tanggung jawab aktor dan sutradara bukan sekadar menghibur, melainkan menjaga kepekaan budaya agar nilai-nilai luhur itu sampai pada masyarakat.

Forum ini menghadirkan wajah-wajah penting teater Medan, seperti Porman Wilson Manalu, Dini Usman, Agus Susilo (Ketua TRM), Maesa Matondang, Tomson, hingga mahasiswa seni dari Universitas Sumatera Utara dan para seniman lainnya dari Taman Budaya Medan.

Meski perbincangan berlangsung hangat dan kadang getir, harapan tetap ditegaskan, Medan suatu hari mesti kembali menjadi salah satu pusat denyut teater Indonesia.

Pertanyaan "bagaimana" masih menggantung. Namun setidaknya, melalui cakap-cakap bulanan di Rumah Mata, benih perlawanan terhadap sunyi panggung itu terus dipelihara sambil menunggu langkah lebih nyata dari negara, penonton, dan para seniman sendiri.( Erni)

Editor
: Evi Tanjung
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru