Sabtu, 06 September 2025

Laga Sunyi Melawan Stunting: Jejak Perjuangan dari Medan hingga Hanoi

Administrator - Jumat, 15 Agustus 2025 20:47 WIB
Laga Sunyi Melawan Stunting: Jejak Perjuangan dari Medan hingga Hanoi
Erni
Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, pakar gizi kesehatan masyarakat, Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr, Ph.D, spesialis ilmu tanah, serta Prof. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, ekonom pertanian.

POSMETRO MEDAN,Medan– Di balik angka-angka statistik kesehatan yang kaku, tersimpan denyut perjuangan agar bayi lahir sehat dan tumbuh tanpa hambatan.

Sebuah tim pengabdian masyarakat lintas negara, dipimpin tiga guru besar Universitas Sumatera Utara (USU), membawa misi mulia: menekan angka stunting dengan mengedukasi ibu hamil. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (15/8/2025).

Baca Juga:

Fokus utama mereka adalah menurunkan angka anemia pada ibu hamil demi memutus rantai stunting sejak dari rahim. Masalah ini nyata dan mendesak.

Di Medan, angka anemia pada ibu hamil mencapai 37,7 persen, sementara di Hanoi, Vietnam, kondisinya bahkan lebih tinggi, 43,6 persen.

Baca Juga:

Stunting pada balita di kedua wilayah masih berada di kisaran 20–30 persen. Data ini menjadi alarm darurat yang tak boleh diabaikan. Anemia pada ibu hamil berisiko memicu bayi lahir dengan berat rendah, pertumbuhan terhambat, hingga gangguan kognitif permanen.

Di garda terdepan, Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, pakar gizi kesehatan masyarakat, bertindak sebagai komandan lapangan. Ia didampingi Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr, Ph.D, spesialis ilmu tanah yang memahami keterkaitan pangan dan nutrisi, serta Prof. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, ekonom pertanian yang mengkaji pengaruh pangan dan daya beli terhadap gizi keluarga.

Sejak April 2025, mereka meninggalkan ruang kuliah dan laboratorium untuk turun langsung ke lapangan, dari puskesmas pembantu di Balam, Kota Medan, hingga daerah terpencil di Hanoi.

stunting2.jpg">

Misi yang mereka bawa sederhana namun strategis:

1. Mengedukasi ibu hamil tentang pola makan bergizi seimbang.

2. Memantau kepatuhan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

3. Memberikan tablet tambah darah serta memeriksa kadar hemoglobin.

Namun, perjalanan ini penuh tantangan. Di Medan, sambutan hangat datang dari para bidan dan ibu hamil yang antusias berdialog. Mereka membicarakan pentingnya zat besi, frekuensi makan, hingga risiko kelahiran prematur akibat anemia.

Sebaliknya, di Hanoi, pendekatan lebih sulit dilakukan. "Masyarakat di sini tertutup pada orang luar," ujar salah satu anggota tim. Edukasi hanya bisa dilakukan melalui booklet dan brosur berbahasa Inggris, tanpa banyak dialog langsung.

Perjalanan darat sejauh 4 jam menuju Ha Long Bay pada 26 Juni 2025, lalu 6 jam ke pegunungan Sapa pada 28 Juni 2025, menjadi bagian dari rute penyebaran pesan gizi.

Di tengah pemandangan alam yang memukau, informasi tentang bahaya anemia dan stunting disebar lewat lembaran kertas, dengan harapan dibaca dan dipahami.

Penelitian membuktikan, anemia pada masa kehamilan dapat meningkatkan risiko stunting hingga empat kali lipat. Kekurangan zat besi bukan hanya melemahkan tubuh ibu, tetapi juga menghambat perkembangan otak janin.

Dampaknya bisa bertahan hingga dewasa, memengaruhi kecerdasan, kesehatan mental, bahkan peluang kerja.

Langkah yang dilakukan tim meliputi sosialisasi di puskesmas, rekrutmen tenaga kesehatan, pelatihan, pemeriksaan Hb, hingga pemberian tablet tambah darah.

Di Medan, proses ini berlangsung interaktif dengan pemeriksaan langsung. Di Hanoi, pesan disampaikan lewat media cetak yang harus "berbicara" sendiri.

Meski data akhir belum dirilis, indikator awal menunjukkan peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai pola makan seimbang dan pentingnya perawatan kehamilan.

Kepala Puskesmas Balam menyatakan komitmennya memperkuat pemantauan konsumsi tablet zat besi, dengan target besar menurunkan angka anemia dan memutus rantai stunting lintas generasi.

Tahap selanjutnya, tim akan terus memantau pemeriksaan kehamilan, mengevaluasi kepatuhan konsumsi tablet zat besi, serta melatih tenaga kesehatan untuk mendeteksi stunting sejak dini. Dari Medan hingga Hanoi, perjuangan ini layaknya maraton sunyi melawan waktu.

"Mencegah stunting bukan soal memberi makan lebih banyak, tetapi memberi makan yang tepat, sejak janin masih dalam kandungan," tegas Prof. Evawany.(erni)

Editor
: Faliruddin Lubis
Tags
beritaTerkait
Driver Ojol Sumringah Terima Beras dari Grib Jaya Kota Medan
Pria Ini Gasak Ponsel Penghuni Kos
Diduga Aniaya Siswa, Pengawas SMP 49 Muhammadiyah Medan Dilaporkan ke Polrestabes Medan
Keluarga besar Alumni SMAN 2 Medan Gelar Silahtuhrami dan Olah-raga Bersama
Polsek Medan Kota Hadir untuk Warga: "Gelar Patroli, Pos Kamling, hingga Jumat Curhat"
Rico Waas Terima Kunjungan Danlanud Soewondo Kolonel Nav Sonni Benny Simanjuntak MSi Han
komentar
beritaTerbaru