
Walikota Buka Kejuaraan Judo, Semoga Lahir Atlet Berprestasi
POSMETRO MEDAN, MEDAN Sebanyak 194 atlet judo dari 18 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara, mengikuti Kejuaraan Judo Terbuka Pial
Sport 2 menit laluPOSMETRO MEDAN, Sidamanik– Di tengah sejuknya pegunungan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, terbentang sebuah kisah yang tak lekang oleh waktu. Kisah tentang tanah, teh, dan tradisi.
Kebun Teh Bah Butong Sidamanik, yang berdiri sejak era kolonial Belanda, bukan sekadar tempat budidaya tanaman, melainkan juga cermin sejarah dan kearifan lokal yang terus hidup hingga kini.
Didirikan pada tahun 1917, perkebunan ini awalnya menjadi upaya pemerintah kolonial untuk menghadirkan komoditas baru setelah tembakau tak lagi menjanjikan.
Baca Juga:
Pabrik teh pertama dibangun satu dekade kemudian, pada 1927. Sejak saat itu, Kebun Teh Bah Butong Sidamanik berkembang pesat hingga menjadi kebun teh terbesar kedua di Indonesia.
Namun, nilai dari kebun ini jauh melebihi deretan angka produksi dan luas lahan. Ia menjadi saksi sejarah yang menyimpan jejak keteguhan komunitas lokal dalam menjaga nilai-nilai budaya dan keharmonisan hidup.
Baca Juga:
Terletak di ketinggian 800 hingga 1.100 meter di atas permukaan laut, hamparan hijau kebun teh ini menyajikan pemandangan yang memesona. Tetapi setiap daun teh yang dipetik bukan hanya hasil kerja keras pertanian, melainkan juga warisan dari filosofi hidup masyarakat Simalungun.
"Habonaron Do Bona," ucap seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya, sebuah ungkapan khas Simalungun yang berarti kebenaran adalah pangkal segala hal. "Berguru harus yang benar, bersikap harus yang benar, berucap pun harus yang benar," katanya.
Falsafah ini bukan hanya menjadi prinsip dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga mengalir dalam tradisi pertanian masyarakat. Di balik daun teh yang diracik menjadi minuman, tersimpan nilai-nilai toleransi, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.
Lebih dari Sekadar Kebun Teh
Seiring waktu, Kebun Teh Bah Butong berkembang tidak hanya sebagai penghasil teh berkualitas tinggi, tetapi juga sebagai simbol keteguhan budaya dan kehidupan yang harmonis. Setiap sudutnya seperti mengisahkan perjalanan panjang masyarakat yang tetap menjaga nilai-nilai leluhur di tengah tantangan zaman.
Kehidupan masyarakat di sekitar kebun ini mencerminkan keberagaman yang hidup dalam harmoni. Di tengah rencana pemekaran kabupaten yang sempat tersendat karena perbedaan nama dan identitas suku, masyarakat Simalungun tetap memegang teguh prinsip bahwa Simalungun adalah satu. Perbedaan bukan pemisah, tetapi justru pengikat yang memperkaya.
Pergantian kepemimpinan pun menjadi bukti toleransi yang nyata. Bupati saat ini beragama Islam, sedangkan pendahulunya, JR Saragih, adalah seorang Nasrani. Namun keduanya diterima dan dihormati oleh seluruh masyarakat, tanpa melihat latar belakang agama. Sebuah cerminan betapa masyarakat Simalungun memelihara nilai keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
Antara Tradisi dan Modernitas
Di balik daya tarik wisata yang ditawarkan kebun teh ini, tersembunyi semangat perjuangan masyarakat dalam menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi. Di sini, teknologi pengolahan teh terus diperbarui, namun tanpa meninggalkan nilai-nilai yang diwariskan nenek moyang.
Kebun ini bukan sekadar destinasi agrowisata, tapi juga ruang belajar tentang kehidupan. Tentang bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan alam dan sesama. Bah Butong bukan hanya tempat petik teh, tetapi juga tempat memetik pelajaran tentang makna hidup yang penuh nilai.
Warisan yang Terus Hidup
Kini, Kebun Teh Bah Butong Sidamanik telah menjadi salah satu ikon wisata andalan Sumatera Utara. Ribuan wisatawan datang setiap tahun, tak hanya untuk menikmati hamparan kebun yang hijau dan udara yang sejuk, tetapi juga untuk merasakan denyut sejarah dan kearifan lokal yang tetap hidup.
Dari kebun teh yang hijau di bawah langit cerah, terselip hikmah yang bisa kita petik bersama: bahwa dalam setiap helai daun teh, terdapat cerita yang dalam, akar yang kuat, dan nilai yang tak lekang oleh waktu.
Habonaron Do Bona. Kebenaran adalah segalanya. (erni)
POSMETRO MEDAN, MEDAN Sebanyak 194 atlet judo dari 18 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara, mengikuti Kejuaraan Judo Terbuka Pial
Sport 2 menit laluPOSMETRO MEDAN, Medan Bagi Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) begitu dekat dengan dirinya. Karenany
Medan 13 menit laluSejumlah fakta terungkap terkait operasional tambang batu padas milik Syafii Marpaung (50), di Desa Marjanji Aceh, Kecamatan Aek Songsongan,
Sumut 27 menit laluPOSMETRO MEDAN, Medan Wakil Wali Kota Medan, H. Zakiyuddin Harahap, mengajak komunitas bikers untuk ikut berperan aktif dalam memerangi nar
Medan 3 jam laluPOSMETRO MEDAN, Muara Bungo Lapas Muara Bungo Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kantor Wilayah Ja
Nasional 4 jam laluWali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, turun langsung mengunjungi rumah Arifin, driver ojek online korban pemukulan.
Medan 4 jam laluSeksi Profesi dan Pengamanan (Sie Propam) Polres Toba rutin melaksanakan pengawasan kehadiran anggota melalui absensi pada apel pagi.
Sumut 5 jam laluKelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, menggelar kegiatan gotong royong di Jalan Lampu, Lingkungan 11, Sabtu (6/9).
Medan 6 jam laluKorban meminta ikut dengan ibunya, tetapi tidak diizinkan hingga menangis. Setelah ibu korban pergi, pelaku yang emosi pun melampiaskan
Peristiwa 7 jam laluMenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Raja Juli Antoni, ketahuan bermain domino dengan Azis Wellang.
Nasional 11 jam lalu