Rabu, 17 September 2025

Jejak Tanam Paksa dan Lahirnya Perkebunan Industri di Indonesia

Administrator - Sabtu, 13 September 2025 10:01 WIB
Jejak Tanam Paksa dan Lahirnya Perkebunan Industri di Indonesia
IST
Bukti sejarah.

POSMETRO MEDAN,Medan – Sejarah panjang perdagangan komoditas perkebunan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kebijakan kolonial yang meninggalkan jejak mendalam dalam kehidupan ekonomi bangsa.

Setelah pembubaran VOC pada 1 Januari 1800 akibat kebangkrutan, pemerintah Belanda mencari sumber pendapatan baru. Pada 1830, Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch memperkenalkan sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel), sebuah kebijakan yang kemudian mengubah wajah pertanian rakyat di Nusantara.

Berdasarkan Staatsblad No. 22/1832, rakyat di Jawa diwajibkan menanam komoditas ekspor seperti gula, kopi, nila, tembakau, teh, hingga lada di seperlima lahan milik desa.

Baca Juga:

Hasil panen harus diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang ditentukan sepihak. Bagi petani tak berlahan, kewajiban ini diganti dengan kerja rodi selama 75 hari dalam setahun. Aparat desa, pedagang Tionghoa dan Arab, hingga buruh tani dilibatkan dalam skema besar tersebut.

Dampaknya, rakyat menderita akibat kerja paksa, gagal panen, dan ketidakadilan harga. Namun, di sisi lain, infrastruktur seperti jalan, pasar, irigasi, hingga sistem administrasi desa mulai terbentuk.

Baca Juga:

"Tanam Paksa bukan sekadar sistem ekonomi, tetapi eksperimen kolonial yang membentuk struktur sosial pedesaan," tulis Kartodirdjo dan Suryo (1991).

Transformasi besar berikutnya hadir lewat Undang-Undang Agraria 1870. Regulasi ini membuka peluang bagi investor swasta Eropa untuk menyewa tanah woeste gronden (tanah terlantar) hingga 75 tahun. Dari sinilah industri perkebunan modern lahir, terutama di Sumatera Timur.

Para investor mendirikan perkebunan tembakau, karet, kelapa sawit, teh, hingga kakao dengan sistem padat modal, teknologi modern, serta tenaga kerja upahan berskala besar.

Muncul pula komunitas baru, yakni masyarakat kebun, yang hidup dalam dunia berbeda dari penduduk lokal. Sistem ekonomi mereka bersifat komersial, berhierarki, dan terstruktur, sehingga disebut sebagai enclave economics—kantong ekonomi yang terpisah dari tradisi masyarakat sekitar yang masih subsisten.

Menurut catatan sejarah, ada lima komoditas utama yang mendominasi perkebunan kolonial: gula, tembakau, karet, kelapa sawit, dan teh. Lahan subur Sumatra Timur menjadi pusat pertumbuhan cepat tanaman ekspor, menjadikannya episentrum baru perkebunan dunia.

Editor
: Administrator
Tags
beritaTerkait
7 WNI Diduga Disekap Dipekerjakan Paksa di Myanmar, 2 Orang Asal Deliserdang 4 Dari Aceh 1 Cewek
Dari VOC hingga Tanam Paksa, Jalan Panjang Komoditas Nusantara
Dari Layar Angin ke Perkebunan Modern
KPK Buka Data, Ini Pihak yang Paling Dominasi Kasus Korupsi
Timnas Indonesia U-23 Wajib Menang Hadapi Korsel jika Ingin Lolos ke Piala Asia
Gasak China Taipei 6-0, Peringkat FIFA Indonesia Dibayang-bayangi Malaysia
komentar
beritaTerbaru